Indonesia hampir setiap tahun mengalami berbagai bencana
alam. Umumnya yang paling sering terjadi adalah bencana banjir, longsor, gempa
bumi yang menimbulkan kerugian yang cukup besar, baik harta maupun jiwa. Peristiwa
paling anyar terjadi di awal tahun
2014, di Indonesia adalah bencana banjir dan longsor yang terjadi hampir di
seluruh daerah, seperti Jakarta, Banten, Depok, Bekasi dan Karawang serta
beberapa daerah lain di Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung Sumatera Selatan, NTT dan
Manado Sulawesi Utara.
Sementara itu bencana alam seperti erupsi gunung berapi, gunung Sinabung di Sumatera Utara yang telah berlansung cukup lama yang membuat ribuan orang mengungsi, dan kehilangan pekerjaan, juga telah menewaskan 15 orang. Kebanyakan dari mereka yang menjadi korban bencana, tewas karena ketidaktahuan akan pengetahuan menyelamatkan diri dan mengenal tanda-tanda alam yang mengisyaratkan akan terjadinya bencana alam. Hal ini juga disebabkan karena kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai lingkungan ekologis yang bisa menjadi faktor penyebab terjadinya bencana.
Karena itu, menurut Kinkin Mulyati, SH.I, M.Huk, diperlukan optimalisasi pengetahuan kebencanaan kepada masyarakat, khususnya masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana. “Pemerintah dalam hal ini kementerian pendidikan dan kebudayaan belum optimal menerapkan model kurikulum khusus kebencanaan di sekolah atau di lembaga pendidikan non-formal bagi masyakarat secara keseluruhan, terutama bagi masyarakat yang tinggal di daerah yang sering terkena dan rawan bencana alam”, tegasnya.
Di negara yang rawan bencana seperti Jepang, setiap individu sudah dibiasakan sejak dini untuk tanggap akan bencana (gempa bumi, tsunami, dll) sehingga korban jiwa bisa diminimalkan. “Peran pemerintah juga sangat signifikan dalam hal penanggulangan maupun recovery ( pemulihan pasca bencana) kondisi darurat. Masih teringat jelas betapa bencana tsunami di Jepang memporak-porandakan kondisi infrastruktur di Jepang. Namun dengan sigap dan cepat, kondisi tersebut bisa dipulihkan dalam jangka waktu yang tidak lama. Masyarakatnya sendiri pun tampaknya juga sudah siap menghadapi bencana sehingga jumlah korban jiwa bisa dibilang minimal. Untuk itu, pemerintah perlu membuat program khusus dan simulasi bagi para pelajar dan masyarakat agar masyarakat lebih dini tanggap akan bencana dan tahu bagaimana cara menyelamatan diri saat terjadi bencana, bentuk pengajaran yang dimaksud dapat diintegrasikan dalam mata pelajaran muatan lokal di sekolah,” tutur Kinkin.
Diharapkan dengan optimalisasi pengetahuan kebencanaan
tersebut, masyarakat jadi tahu, bagaimana cara mengatasi dan menghadapi bencana
alam yang hampir setiap tahun terjadi. Seringkali karena bencana alam itu
datang tiba-tiba kita menjadi panik, karenanya
untuk mengurangi kerugian harta serta korban jiwa akibat bencana alam pemerintah harus optimal
memberikan pemahaman kebencanaan kepada masyarakat, tegas Calon Anggota
Legislatif DPR RI dari PPP Nomor urut 6,
Dapil VI Jawa Barat (Kota Depok – Kota Bekasi) saat diminta - Gaperssi.News - menanggapi penanganan bencana
alam di Indonesia. (ris)
Sumber : Gaperssi.News. Edisi 2/2014/Tahun I.
Sumber : Gaperssi.News. Edisi 2/2014/Tahun I.
0 comments:
Post a Comment
Silahkan Masukan Kritik dan Saran Anda