English French Russian Japanese Arabic


Dawai Cinta di Tumaritis




Perkenalkan Novel saya terbaru “Dawai Cinta di Tumaritis.”
Yang baru saja diterbitkan, Januari 2016.
Penulis : Kinkin Mulyati.
Diterbitkan oleh CV Anugrah, Ciputat.
Jumlah 408 halaman.
ISBN : 978-602-73016-3-4

Kinkin Mulyati (Penulis Novel)

Alhamdulillah saya panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah swt, karena atas izin dan karunia-Nyalah buku ini dapat saya tulis dan terbitkan.

Novel Dawai Cinta di Tumaritis ini, diberi testimoni oleh orang-orang yang penulis kenal otoritas dan integritas ilmu serta kepribadiannya. Mereka sekarang tinggal di empat negara di empat benua (Afrika, Amerika, Australia dan Asia).

1. Hj. Faizah Alamudi - Mesir.

Ia adalah seorang yang mungkin tidak asing lagi di kalangan para Qari-Qari’ah. Kaset-kasetnya sudah banyak beredar di Indonesia, sebab ia merupakan salah satu qari’ah tingkat Nasional/Internasional. Face dan bahasanya yang Arabian dan bersuamikan Arab pula, ia banyak melakukan aktifitas dakwah Islam di Cairo dan juga Eropa. Selain itu ia pun tercatat sebagai teacher in Indonesian School KBRI Cairo, IPQI Al-Azhar Cairo, and teacher for Wife of Ambassador (Indonesia, Malaysia, Brunai).

Hj. Faizah Alamudi memberikan testimoni Dawai Cinta di Tumaritis sebagai berikut :
“Presentasi penulis dalam cerita novel ini sangat memukau, sistematis, jernih dan detail. Sebuah karya sastra yang berorientasi pada pembentukkan akhlak dan intelektual Islam. Saya terlena membacanya hingga tak terasa sampai menuju akhir cerita. Saya pun yakin novel ini akan menjadi perekat antara para remaja dan orang tua untuk lebih memiliki pedoman dalam menentukan teman hidup sesuai dengan dalil al-Qur'an dan hadis yang menuntun kita ke kehidupan yang bahagia. Banyak hal yang dapat diambil dari novel ini, semoga bermanfaat.”

2. Mohammad Syifa A. Widigdo – Amerika.

Ia adalah seorang pemuda yang cerdas, sejak mengenyam pendidikan dasar ia selalu mendapatkan beasiswa hingga ke jenjang perguruan tinggi. Kecerdasannya inilah yang menghantarkannya sebagai kandidat Doktor di Department of Religious Studies, Indiana University-Bloomington, Indiana, USA, yang beberapa bulan lagi di sandangnya. Di Amerika ia sibuk sebagai aktifis mahasiswa sebagaimana yang juga dulu ia lakukan di Indonesia. Ia pun sering menjadi khatib salat Jum’at bagi para mahasiswa Islam di sana, dan juga sebagai Dosen.

Mohammad Syifa Amin Widigdo memberikan testimoni Dawai Cinta di Tumaritis sebagai berikut :
"Dengan ilmu, cinta bisa menjadi panduan. Tanpa ilmu, cinta bisa menjadi liar tak terkendalikan. Kisah cinta yang dibalut dengan ilmu dalam novel ini tidak hanya menyuguhkan drama kehidupan cinta yang kompleks, tapi juga pencerahan tentang etika pergaulan, fiqih pernikahan dan rumah tangga, dan perspektif agama dalam ketegangan wilayah domestik dan publik bagi seorang perempuan."

3. KH. Arif Hidayat

Ayah dua anak ini adalah Katib Nahdlatul Ulama PC NU Tangerang, dan juga Direktur Yayasan Mantiqu al-Karim (Manhaju Ta'limi al- Qur'ani al-Karim). Ia lulusan dari Perguruan Tinggi Ilmu al-Qur’an (PTIQ) Jakarta. Ketika aktif sebagai mahasiswa ia tercatat pernah menjadi ketua Komppaq (Korp Mahasiswa Penghafal dan Pengkaji al-Qur’an) Mahasiswa Islam Jawa Barat di Jakarta. Selain itu ia merupakan seorang Hafiz al-Qur’an 30 Juz. Dengan melibatkan beliau sebagai pemberi testimoni, secara otomatis dalil-dalil al-Qur’an yang bertebaran dalam novel dakwah ini ikut terkoreksi jika terdapat kekeliruan.

KH. Arif Hidayat memberikan testimoni Dawai Cinta di Tumaritis sebagai berikut :
“Hanya ada satu kata “siapapun layak membaca novel ini.” Umumnya sebuah novel itu hanyalah mengaduk-ngaduk rasa dalam hati, tapi novel ini bukan hanya mengaduk-aduk rasa tapi juga menjadi “suplemen” ilmu bagi pembacanya. Pada halaman 112, dimulai lagi daya tarik novel ini melalui permainan rasa dari penulis dengan perkataan, “Namun yang mengagetkan mereka adalah hadirnya seorang perempuan yang tak asing lagi bagi mereka.” Kita pun dapat mengambil pelajaran dari kisah dalam novel ini, bagaimana orang-orang saleh menghadapi, menyelesaikan dan merespon berbagai gejolak dalam kehidupan rumah tangga. Selamat untuk Teh Kinkin, semoga selalu berkarya dalam kebaikan!”

4. Ahmad Mudzakir, S.Pd, M.Si.

Ia adalah seorang Dosen muda yang aktif dan kreatif, karenanya ia mendapat kepercayaan untuk terlibat sebagai Pengembang Sekolah di Dompet Dhuafa Social Enterprise, dan juga dipercaya sebagai pimpinan di beberapa sekolah Islam di Tangerang. Akhir-akhir ini ia sering terlihat wara-wiri di stasiun televisi lokal di Jawa Barat sebagai penceramah.

Ahmad Mudzakir, S.Pd M.Si, memberikan testimoni Dawai Cinta di Tumaritis sebagai berikut :
“Saat ini begitu mudah kita dapatkan referensi bacaan di media cetak, elektronik, tontonan di televisi dan media online, bahkan broadcast melalui gadget. Semua bisa pengaruhi mindset pembaca. Terlalu banyak sajian yang bersifat negatif, yang apabila terus dijejalkan pada otak, maka kita tak bisa lagi membedakan mana hiburan dan mana pembelajaran, mana tontonan dan mana tuntunan. Melalui novel ini, nampaknya penulis ingin menyampaikan pesan-pesan tentang tuntunan berkasih sayang dalam kehidupan kita. Membacanya membuat saya seperti larut dalam tontonan yang mengandung tuntunan. Membacanya pun membuat saya tersenyum-senyum sendiri, tertawa dan mengangguk-angguk.”

 5. Derri Anugerah Rachman, SH – Australia.

Ia adalah pegawai di Kementerian Sekretariat Negara RI. Sebagai seorang yang mempunyai tugas menyelenggarakan dukungan teknis dan administrasi serta analisis urusan pemerintahan di bidang kesekretariatan negara untuk membantu Presiden dan Wakil Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara, untuk mendukung tugas-tugasnya tersebut ia meningkatkan keahlian dan kemampuannya dengan menempuh kembali pendidikan S2 Master of Public Administration (Management) di Flinders University, Australia). Tidak heran memang, sebab selain tuntutan profesi, ia pun merupakan seorang yang tekun dan semangat menuntut ilmu. Sebagai orang yang memiliki pendidikan berlatar belakang hukum, ia pun menyoroti tulisan penulis dalam masalah hukum.

Derri Anugerah Rachman, SH, memberikan testimoni Dawai Cinta di Tumaritis sebagai berikut :
“Ketika mulai membaca novel “Dawai Cinta di Tumaritis” saya ingin cepat meneruskannya hingga halaman terakhir. Dalam novel ini, penulis mengisahkan beberapa episode dalam sebuah pernikahan. Saya kira novel ini akan sangat bermanfaat bagi setiap insan yang akan memasuki gerbang pernikahan dan juga pasangan suami isteri muda di masa kini, mengenai bagaimana menjalani dan menyelesaikan konflik dalam bahtera rumah tangga secara islami. Selain itu, penulis dengan latar belakang sarjana hukum Islam menggambarkan beberapa permasalahan hukum pernikahan dalam Islam yang dikomparasikan dengan hukum positif yang berlaku di Indonesia, hal ini merupakan kelebihan tersendiri dari novel ini.
Sangat inspiratif, muda-mudi Indonesia sangat perlu membaca novel ini dan temukan nilai-nilai indahnya!”



DIALOG 1 :
 “Aku tidak menyangka bahwa kehadiranku di sini, akan menuai pertengkaran di antara kita. Tadinya aku hanya datang untuk berjumpa dengan Habibah, namun justru yang aku temui adalah Dina. Dina muntah-muntah hebat sesaat setelah beberapa menit aku datang. Kamu bisa lihat bekas muntahannya dan menanyakan kebenarannya sama Ceu Lulu!” Jelas Ihsan sambil menunjuk bekas muntah Dina yang ada di rerumputan halaman itu dan menunjuk Ceu Lulu yang duduk di sebelahnya.
“Lalu mengapa kamu tidak meneleponku?” Sanggah Fadli.

DIALOG 2 :

“Nak, kecewa itu boleh-boleh saja, ngambek juga boleh tuh, tapi Nabi mengingatkan tidak halal bagi seorang muslim mendiamkan atau tidak mengajak bicara kepada sesama muslim lebih dari tiga hari.” Timpal Bu Yani.
“Tapi Bu, ini kan belum lebih tiga hari.” Jawab Dina.
“Jadi kamu ingin menggenapkannya, begitu?” Tanya Bu Yani sambil beradu pandang dengan Pak Yana dan tersenyum kecil.
“Enggak sih, Dina hanya masih sebel saja sama Kak Fadli, dia harus diberi pelajaran biar sadar.” Jawab Dina.
“Nak Fadli sudah sadar kok terhadap kesalahan yang dilakukannya, jadi gak perlu kamu ajari lagi.” Sanggah Pak Yana.
“Ayah, mengapa sih Ayah dan Ibu tidak mau membela Dina dan ikut marahi Kak Fadli?” Tanya Dina merajuk.
“Nak, sekarang kamu bukan tanggung jawab Ayah dan Ibu lagi, tanggung jawab Ayah dan Ibu sudah beralih kepada suamimu, kami tidak berhak lagi untuk mencampuri urusan rumah tanggamu sekalipun jika Ayah dan Ibu memandang apa yang kalian lakukan itu salah. Ayah dan Ibu hanya berhak memberikan nasehat yang ma’ruf kepada kalian sebagai orang tua. Oleh sebab itu mengapa sebelum menikah orang tua berkewajiban untuk mencarikan calon suami anaknya yang benar-benar baik, sebab ia akan mengalihkan tanggung jawab kepada suami anaknya nanti.” Jawab Pak Yana.

DIALOG 3 :

Mendengar itu Ihsan semakin serba salah, menjelaskan sesungguhnya, pasti akan membuat dia semakin marah, namun jika tidak dijelaskan, Habibah semakin kuat menuduhnya sebagai pengkhianat.
“Bibah, katakan saja apa yang ingin kamu katakan padaku!” Ucap Ihsan sambil mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya, lalu ia silangkan dan letakkan di bawah dagunya.
“Kakak tahu tidak, di hari kiamat kelak setiap pengkhianat akan senantiasa mengibarkan benderanya masing-masing, lalu dikatakan, ”ini adalah bendera pengkhianatan si fulan.” Ujar Habibah sambil mengutip hadis yang diriwayatkan oleh Muslim.
Ihsan tetap tidak mau menjawab, ia malah melihat Habibah yang sedang sibuk memojokkan dirinya.


DIALOG 4 :

Mendengar jawaban Ihsan seperti itu Fadli melirikan matanya kepada Dina, seketika saja Dina tertunduk. Lalu Fadli melihat kembali Ihsan dan berkata, “Jadi sekarang maumu apa Ihsan, melanjutkan hubunganmu dengan Habibah, atau mengakhirinya?”
“Aku tidak tahu Fadli.” Ucap Ihsan sambil mengusapkan kedua telapak tangan ke wajahnya. “Seandainya ini terjadi padamu, apa yang akan kamu lakukan?” Tanya balik Ihsan.
Mendapat pertanyaan itu dari Ihsan, Fadli terdiam. Namun Dina yang duduk di samping Fadli ikut menyuarakan isi hatinya.
“Kak Ihsan, masih ingat tidak sewaktu kenal dulu Kakak mengatakan bahwa ihsan atau kebaikan adalah puncak prestasi dalam ibadah, muamalah, dan akhlak? Nah, dalam hal ini Dina hanya ingin mengatakan bahwa ajaran Islam dibangun atas kebaikan akhlak, karena itu Nabi saw mengatakan al-birru husnul khuluqi, kebaikan itu adalah akhlak yang terpuji, oleh sebab itu Dina ingin Kak Ihsan menyelesaikan masalah ini dengan akhlak yang terpuji.”

DIALOG 5 :

“Rom, jadi bagaimana menurutmu tentang perempuan-perempuan ini?”
“Hehehe... bisa rame urusannya, Habibah pasti akan menepati ucapannya untuk mengejarmu sampai dapat, sedangkan Millah tidak bisa berdiam diri begitu saja menghadapi kau, sebab Habibah akan melancarkan jurus-jurusnya untuk mencari cara supaya kau dapat kembali lagi padanya. Ihsan mengapa tidak kau pacari saja keduanya...hehehe...” Canda Romi.
“Ngomong apa sih kamu Rom...? Hehehe... aku bisa dihajar Fadli dan dimusuhi Dina.”
“Hahaha...bukannya ini kesempatan kau untuk membalas sakit hati kau pada keduanya?” Goda Romi.
“Ah kamu nih, Allah pasti akan memberi ganti yang lebih baik dari itu semua, yang penting kita ikhlas menerima segala kepastiannya.”

DIALOG 6 :

Mendapat pertanyaan seperti itu, Dina menyembunyikan rasa malunya dengan mengusap-usap tangan Fadli.
“Kak, sekarang Dina mencintaimu, satu-satunya orang yang Dina cintai dan sayangi adalah Kakak.”
“Iya, Kak Fadli tahu, lalu mengapa wajahmu serius banget seperti itu?”
“Kak, pernah dengar tidak ada seorang suami yang mengajukan gugatan cerai isterinya ke pengadilan di London, gara-gara selama perkawinan isterinya tersebut tidak pernah mengungkapkan kata “I love you”, dan Si Suami tidak pernah merasakan emosi cinta yang meluap dan belaian kasih tangan isterinya?” Ujar Dina dengan lembut.
“Nggak tuh, memangnya apa yang penting dari kisah tersebut?”
“Hakim Pengadilan di London itu mengabulkan permohonan Sang Suami untuk bercerai dari isterinya sebab ia menilai bahwa isteri tersebut sudah keterlaluan.”
“Mengapa bisa seperti itu, apa pertimbangannya?” Tanya Fadli penasaran.

Potongan Dialog Novel Dawai Cinta di Tumaris halaman 176-177



Catatan :
Novel dapat dipesan lewat e-mail : ridwan_saleh@ymail.com atau melalui telepon 0812-1971-8034
Harga Novel Dawai Cinta di Tumaritis Rp. 120.000,-
Harga Novel Ada Cinta di Tumaritis Rp. 90.000,-

  





0 comments:

Post a Comment

Silahkan Masukan Kritik dan Saran Anda

 
Support : Kinkin Mulyati | Ahmad Saeful Muslim
Copyright © 2013. Kinkin Mulyati - All Rights Reserved
Created by Creating Website Published by Cherocheri
Proudly powered by Blogger